Tuesday, October 6, 2015

Nitip Anak ke Orang Tua di Bogor


Informan : Bpk. Rio
Lokasi      : Taman Topi 

(Informan menolak untuk dipublikasikan fotonya di media sosial)

Rio adalah seorang bapak dari satu anak yang kami temui di Taman Topi, sebuah taman disebelah stasiun Bogor. Disitu saya bertemu bapak Rio bersama istrinya dan anak laki - lakinya yang masih kecil kira - kira berumur 2 atau 3 tahun. Saat saya hampiri pak Rio sedang menyantap es yang memang terkenal di Taman Topi. Singkat cerita, berbincanglah kami pagi itu mengenai waktu senggangnya di Bogor.

"Saya dari Cihideung, abis jemput anak abis ini mau ke Jakarta. Cihideung itu rumah orang tua. Saya mau ke Jakarta, anak tinggal di Jakarta juga tapi kemarin sementara memang dititipkan tinggal di neneknya."

" Kalau disini dirumah Nenek sama Saudara - saudaranya, kalau di Jakarta panas. Emang yang jaga lagi pulang, kalau udah ada yang jaga ya pulang lagi (Ke Jakarta)"

Sekian lama perbincangan kami berlarut mengenai kehidupan berkeluarga beliau, saya pun mencoba topik baru untuk menggali pendapat beliau dan keluarga mengenai wisata khususnya untuk keluarga yang mempunyai anak balita.

" Saya bilang tempat wisata paling bagus sih, Jungle ya. Soalnya rumah orang tua saya juga kan di BNR ya, rumah orang tua saya ga jauh disitu..."

"Kalau cari makan juga gak tempat yang khusus sih, seketemunya aja, semua sama mas kayak di Jakarta. Asinan Bogor jarang sih, mungkin awal - awal aja, sekarang saya sudah gak terlalu cari..."

Perbincangan berlanjut, hingga saya menanyakan tentang oleh - oleh yang biasa beliau beli.

"Orang - orang Jakarta biasanya beli lapis talas, itu di sangkuriang Bogor, di  Pajajaran" Sahut sang Istri.

" Kalau makanan paling kita cari roti unyil, itu ajasih mas; orang kebanyakan paling lapis talas ya, atau buahnya talasnya..."

"Saya juga kan kecil di Jakarta, orang tua yang di Bogor. Tapi hampir setiap minggu saya ke rumah Orang tua..."

Saat sang anak mulai selesai menyantap es buah nya, saya mulai menanyakan pertanyaan yang terakhir. Saya meminta Pak Rio untuk mempersonifikasi Kota Bogor, agar muncul persepsi - persepsi yang belum terungkap. Setelah tertawa kecil atas pertanyaan abstrak saya, beliau sejenak berpikir lalu berkata.

" Jadi orang.... orangnya ramai, beragam ya, lebih apa ya... dari sisi bahasa.. lebih kental logatnya, kultur sunda lebih kuat... dibanding Orang jakarta campur, banyak macam sukunya..."

Merujuk dari pertanyaan dari itu saya penasaran dengan sumber persepsi positif yang dimiliki beliau.

"Hal yang paling enak di Bogor udaranya sih mas, adem... udaranya sejuk...Tapi belakangan karena lagi krisis air ya, itu jadi nilai minus sih saat ini buat Bogor..." 

"Bogor air tanah lagi susah, rumah ortu itukan belum terjangkau PDAM ya, jadi kita andelin tuh air tanah..."

"Sulit air ya, kita mau apa juga susah.. kendalanya susah di air..."

Saat saya berbincang tentang tujuan beliau ke Bogor, beliau menjawab

"Jalan ke Bogor tujuannya hanya untuk ke orangtua... Kalau mau wisata Bogor paling yang deket - deket aja, sekitar lewat aja."

"Kalau ada tempat yang khusus paling sekitar jungle aja, atau taman topi..."

" Ada permainan anak - anak kan... itu semacam dufan kecil ya..."

"Seneng ya bang disana ya... banyak ikan ya...." Tanya sang Istri ke anaknya

Mengenai transportasinya ke Bogor, pak Rio berkata 

"Saya naik kereta dari Klender Baru... 5rb satu orang... nyaman juga gak terlampau rame... jam kerja itu yang biasanya padat..."

Sebelum perbincangan kami berakhir, saya sempat meminta kritisi beliau terhadap pariwisata bogor beliau menyampaikan bahwa Bogor berlebihan pengemis, dan pedagang asongan yang tidak terorganisir khususnya taman topi.

No comments:

Post a Comment